FACE BOOK MARKETING………. APA SIH ?
Oleh : Rahadjeng Kismaningsih
Memang mudah ditemukan Lembaga Kursus dan Pelatihan ( LKP )mentereng dalam penampilan fisik yang bagus disekitar kita tetapi mereka gagal membangun citranya sehingga tidak mendapatkan kepercayaan masyarakat. Lembaga Kursus dan Pelatihan ( LKP ) ternama tentu tidak akan pernah kering dari peserta didiknya, tetapi tidak demikian bagi penyelenggara kursus lainya, untuk mendukung daya hidup Lembaga Kursus dan Pelatihan ( LKP ) yang langka peserta didik , dan tidak mampu melakukan pembelajaran secara regular mereka adalah penjual jasa fungsionalnya, misalnya : Lembaga Kursus dan Pelatihan ( LKP ) menjahit, tata kecantikan rambut, tata kecantikan kulit, perias pengantin, akupuntur, dan sebagainya, profesi mereka sama dengan tukang atau penjual jasa dari kompetensi yang dimiliknya, untuk mengadakan pelayanan jasa kalayak menyebutnya sebagai tukang jahit, tukang perias pengantin , tukang pijat dan setrusnya. Sesekali lembaga kursus mendapat fasilitas Block Grand bagi peserta didiknya dan sesudah itu mati. Dapat dijumpai pula LKP Desain Busana di satu tempat kota besar di Jawa Timur yang bermitra dengan Konsulat Perancis, mampu mecetak lulusan peserta didiknya dengan standar kompetensi dari program pembelajaran bertaraf Internasional, bahkan beberapa kesempatan mengukir prestasi . Peran LKP pada pendidikan formalpun berkontribusi untuk mengembagkan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional ( RSBI ) baik tingkat SMP dan SMA, kursusan/ LKP bahasa Inggris tak pernah sepi dari peserta didik, dan guru- guru SMP dan SMA pun menjadi peserta didik dalam meningkatan ketrampilannya. Hal yang demikian mendorong pemandirian LKP dan mereka mampu berswadaya.
Lembaga Kursus dan Pelatihan yang saat ini berkibar, adalah LKP yang mampu memberikan positioning bagi masyarakat karena dinilai lebih bisa menyiapkan peserta didiknya bersaing di dunia kerja. Mengingat keterbatasan penyedia lapangan kerja dalam negeri mendorong pencari kerja berupaya bekerja keluar negeri. Pengelolaan LKP pun harus mengalami perubahan- perubahan dan cara- cara pengelolaan yang lebih baik dan sesuai dengan standar pendidikan, contoh : untuk Pramubalita/Babby Sitter yang begitu tingginya kebutuhan masyarakat sedikit peminatnya, tetapi mereka yang hanya lulusan SLTA akan menggebu bila profesi yang sama berada di luar negeri; operator produksi sebuah pabrik indrustri baja , elektronik dll, di Korea selatan setiap tahunnya memerlukan + 9.000 tenaga kerja Indonesia. Maka dari itu kursusan Bahasa Korea menjadi prima dona bagi calon tenaga kerja, peserta yang lulus ujian bahasa korea langsung memperoleh fasilitas KUR ( Kridit Untuk Rakyat) dalam membiaya pemberangkatan ke Negara tujuan.
Kondisi tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan standar ketenagaan kerjaan, yang didukung dengan program dan kebijakan pemerintah Gaverment To Gaferverment (G To G). Kebijakan ini telah dilakukan sejak tahun 2009 berupa kerjasama dalam penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang diperankan oleh BNP2 TKI ( Badan Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ) seperti untuk Negara Hongkong, Jepang, Autralia dan Korea. Jika demikian, maka pendekatan terbaik dalam membangun citra LKP adalah bagaimana pemasaran program pembelajarannya.
Davies dan Elison yang mengemukakan pemasaran dalam dunia pendidikan, merupakan aktivitas lembaga pendidikan untuk mengkomunikasikan layanan program pembelajaran yang perlu dilakukan secara sistematis. Kegagalan yang sering terjadi dalam pemasaran lembaga kursus adalah kurang adanya perencanaan yang mendahuluinya dan bahkan langsung implementasi. Masalah pemasaran program pembelajaran LKP saat ini sangatlah penting sebab kepercayaan konsumen terbentuk dalam rekomendasi orang lain seperti : keluarga, teman, tetangga dan kerabat ( Hasan Ali, 2010 ). Sudah barang tentu LKP yang berjaya dengan peserta didik yang banyak makin gemuk alumni yang dimilikinya, dan mengapa demikian ? mereka menjawab bahwa Lembaga Kursus dan Pelatihan ( LKP ) terkenal karena informasi dari mulut ke mulut atau dengan pemasaran secara konvensional.
Perubahan paradigma dalam marketing dengan pemanfaatkan face book sebagai sarana pemasaran dari mulut ke mulut atau dikenal Word Of Mouth Marketing ( WOM ). Dimana berlangsungnya pembicaraan antar kolega itu akan memicu minat konsumen berbagi pengalaman dengan orang lain sehingga menjadi semacam rekomendasi terhadap suatu produk dan jasa.Sebaiknya LKP memiliki personil yang tahu dan mampu melakukan kegiatan marketing melalui jaringan social facebook. Pengaruh prilaku, dan kebiasaan mitra internal perusahaan ( LKP ) akan sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan jaringan social dalam kegiatan pemasaran. http://ssrn.com/=1331124. Dalam memanfaatkan aktivitas komunikasi, jangkauan, kecepatan, dan penyebaran face book sebagai sarana pemasaran yang dilakukan mampu menyebarkan effek (spead effects) sebagai bagian dari program dan strategi pemasaran secara keseluruhan. Diungkap pula oleh Helianthousonfri Jefferly dari Java Creativity, 2012: Facebook masuk dalam kegiatan soft marketing merupakan tehnik promosi yang dilakukan dengan lembut dan tidak ada unsur pemaksaan kepada orang yang menjadi target dari promosi.
Agar face book marketing dapat berjalan secara berkelanjutan lintas generasi perlu dilakukan oleh marketer ( dalam hal ini Tenaga Kependidikan LKP ) dengan : Pertama. memotivasi tenaga kependidikan LKP untuk mengaktifkan jaringan transmisi face book marketing, pemanfaatan dan optimalisasi pembentukan social. Kedua. ketika marketer ingin mendeteksi perlu identifikasi ukuran pengaruh online face book marketing, seberapa besar efektivitas dan ifisiensi implementasi face book marketing terhadap program pembelajaran dan peserta didiknya. Disaat LKP mampu menciptakan keragaman social untuk beriklan secara online, maka proses penyebaran pesan face book marketing itu semakin tinggi.
Bersamaan dengan pemeliharaan bendera LKP kualitas produk dan layanan prima harus dijadikan focus dari semua mitra internalnya, agar penyebaran pesan yang sudah berjalan berakhir pada transaksi atau bergabungnya peserta didik baru sebagai konsumen jasa kursus . Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik ketersediaan produk dalam LKP yang berupa program pembelajaran senantiasa terjaga kualitasnya sangat diperlukan. Kelalaian dalam perencanaan pemasaran akan menjadikan ini semua sia- sia, bahkan bisa mematikan bisnis kerena pelanggan kecewa.
Temuan di lapangan pemanfatan face book lebih pada fungsi sekedar silahturahmi, pemanfaatan face book marketing masih kurang maksimal. Terindikasi minimnya kemampuan personil LKP dalam tehnik marketing , untuk berkomunikasi dengan peserta didik yang masih aktif mengikuti pembelajaran sangat membantu, para alumni berperan dalam mengembangkan informasi memiliki peluang sebagai viral marketing. Selanjutnya Ali Hasan, 2012 menyebutkan viral marketing merupakan suatu cara mempromosikan produk tertentu kepada banyak orang yang dilakukan secara berantai, bisa dibilang dari mulut kemulut yang membentuk skema piramid. Data dalam membentuk keputusan transaksi konsumen Indonesia menurutnya, bahwa tingkat kepercayaan dan pembelian menunjukan rekomendasi sebuah produk jasa menduduki tingkat efektivitas yang paling tinggi dibanding media lainya, yaitu : 79 % Rekomendasi konsumen, 65% Brand websites, Brand sponsor 3 %, search engine ads. 18 %. Riset ini menunjukan tingginya ketergantungan konsumen pada media lainya untuk meminta saran ( Ali Hasan, 2009 ) .
Terkait hal tersebut diatas beberapa tujuan dalam melakukan kegiatan face book marketing yaitu : membangun komunitas, membuat saling terhubung, menciptakan kridibilitas, komunikasi, menjual, mendatangkan pengunjung ke webside. Kelebihan facebook marketing dibanding bentuk kegiatan promosi antara lain : biaya promosi murah, berteman sambil promosi, sasaran pasar yang tertarget, cocok untuk membangun kridibilitas dan branding. Hal penting yang harus disiapkan dulu antara lain : jadilah pribadi yang disukai, poril facebook yang baik dan meyakinkan, sasaran promosi, dan Website.
Referensi :
Ali Hasan 2010, Marketing dari mulut ke mulut
Jefferly Helianthousonfri dari Java Creativity, 2012, Facebook & Twiter Marketing.
Komentar Anda ...