Kamis, 16 Agustus 2012

Bongkar Kebiasaan Lama Seorang Penilik

BONGKAR  KEBIASAAN  LAMA  

SEORANG PENILIK PERLU  JALAN  TENGAH

Oleh : Rahadjeng Kismaningsih.

            Berakhir periode orde baru penilik yang berstatus struktural,  selanjutnya dalam proses reformasi sebuah perubahan tahun 2003 status Penilik menjadi jabatan fungsional dan kini dalam Reformasi Birokrasi penilik memiliki tugas pokok dan fungsinya selaku Pengendali Mutu Program PNFI dan Evaluasi Dampak sebagaimana dalam PERMENPAN Nomor 14 Tahun 2010.
            Untuk menerima perubahan tersebut Penilik berjuangan untuk memperoleh persamaan hak dan lepas dari diskriminasi mengharap kebijakan yang berkeadilan; untuk menyikapi perubahan tersebut ada upaya kesadaran diri harus selalu dilakukan dengan memberi penilaian terhadap diri kita. Hal ini penting untuk memantau perasaan dari waku ke waktu. Kesadaran diri memang penting bagi pembentukan konsep diri yang positif. Pengetahuan tentang diri  lebih merujuk pada pelbagai informasi tentang diri kita baik ( self label ) yang berasal dari orang lain, ataupun pengetahuan yang berwujud kualitas diri ( quality labels ) yang berasal dari kemampuan yang dimiliki. Harapan merupakan sesuatu yang diinginkan, yang hendak diwujudkan secara empiris, dan karena sifatnya abstrak harapan menjadi kekuatan untuk mendorong dan mengerakan aktivitas seseorang. Harapan antara individu satu dengan individu lainya relative berbeda, meski yang bersangkutan terlahir kembar. Penilaian merupakan aktivitas membandingkan diri kita ( saat ini ) dengan serangkaian standar ( harapan menjadi/ could be dan seharusnya menjadi/ should be ).
            Jarak perbedaan antara kita saat ini dengan harapan kita untuk menjadi apa, apalagi dengan seharusnya menjadi apa, menjadi parameter harga diri yang bersangkutan. Semakin terpenuhinya harapan menjadi, ataupun seharusnya menjadi, menandakan semakin tinggi self esteem ( harga diri ) yang bersangkutan dan begitu sebaliknya. Pemahaman tentang penilaian diri, pengetahuan tentang diri kita, dan harapan terhadap diri kita akan mengarahkan kesadaran diri yang baik dalam membentuk konsep diri yang positif, dan konsep diri ini memiliki peranan penting dalam memperbaiki kepribadian dan gaya perilaku seseorang. Konsep diri merupakan gambaran mental mengenai dirinya sendiri yang mencakup semua karakteristik, kemampuan- kemampuan, ketidakmampuan dan hal- hal yang harus/tidak harus dilakukan. Konsep diri positif dicirikan dengan indicator mengetahui kelebihan dan kelemahan, sebaliknya konsep diri negatif dicirikan dengan kurang memahami kelebihan ataupun kelemahan yang dimilikinya, menolak umpan balik terhadap dirinya ( terutama jika itu hal negatif ); konsep dirinya tidak dapat diubah ( kaku ).
Dunia ini serba berubah dan tidak ada yang kekal kecuali perubahan itu sendiri, ini telah ada dan difirmakan “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang terdapat didalam diri mereka sendiri ( QS. Al – Ra’ad/13.11 ). Gubernur Lemhanas Muladi, 2006 berpendapat “……. kehendak atau hasrat untuk berubah akan tetap menjadi kehendak atau hasrat apabila tidak disertai dengan kemampuan kepemimpinan yang unggul………….Kehebatan seorang pemimpin seperti motivasi untuk  maju, bijak, professional, tidak sombong, hidup sederhana, jujur, sadar akan pentingnya teamwork, suka bekerja keras, berani ambil resiko secara terukur, penuh imajinasi dan selalu menjaga kualitas kerjanya serta kesediaan mengakui keunggulan seseorang , tidak dapat hanya diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi diperoleh melalui penghayatan empiris………….”
Tantangan mendasar dari sertifikasi sebagai harga mati yang disampaikan oleh Arief Supadmo ( 2011), belajar dari program yang sama sudah ada, adalah kemauan untuk berubah. Dalam pandangan Anda, apakah penilik yang ada saat ini bakal mampu untuk menyesuaikan dengan tuntutan bila nanti ada sertifikasi? Ya, kami juga sadar itu, bakal ada penilik yang kesulitan atau tidak lagi memiliki motivasi. Kelompok seperti ini tentu bisa dilakukan bentuk penghargaan lain. Toh pada saat sertifikasi guru, untuk guru yang sudah berusia tua dan pangkatnya tinggi, juga mendapat perlakuan berbeda. Nah, bagi penilik yang masih memiliki semangat tentunya sertifikasi bakal menjadi momentum yang baik untuk makin meningkatkan profesionalismenya. Lebih jauh dari itu, sertifikasi penilik bakal menjadi pintu masuk bagi hadirnya penilik-penilik muda yang lebih professional. Merupakan harapan sebuah keadilan tetapi amatan terhadap prilaku Penilik yang kesulitan  mengikuti ritme perubahan standar kompetensi  Penilik ; pada umumnya mereka mencari kesibukan lain, sebagai akibat atas perlakuan dan kebijakan yang mendiskriminasikan Penilik, contoh: banyak Penilik yang lebih subur obyekanya, atau Penilik yang menduduki jabatan 3 - 4 macam dalam organisasi lain, sambil mencari peluang mutasi ke tempat lain, yang menurutnya juga sebagai aktualitas diri dan peningkatan kompetensi sosial , kepribadian. Tiga decade perjuangan Penilik menuai dampak sicologis yang berakibat menurunnya produktivitas, hal ini dianggap kebiasaan PNFI
Bongkar kebiasaan lama, untuk berprilaku positif seorang penilik perlu jalan tengah, menuju standar kompetensi yang diharapkan marilah kita pahami diri kita sebagai Penilik, perlu kita melakukan refleksi ketika bertugas bagaimana seharusnya kita bersikap. Pada ranah prilaku Penilik yang termasuk pada kompetensi sosial beberapa temuan para ahli tentang prilaku seperti: Brehm & Kassin, 1993, Sears, dkk ...,1994; Baron & Byrne, 1997 yaitu agresivitas kerap dimaknai sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang baik secara fisik maupun psikologis, serangan atau tindak permusuhan pada orang lain. Berbalikan dengan perilaku agresif adalah perilaku pasif. Baik agresif ataupun pasif jelas tidak pada tempatnya dikembangkan tanpa ada sebab, apalagi bagi seorang Penilik. Jalan tengah yang harus ditempuh oleh Penilik adalah bersikap asersif.
Agar jelasnya tentang karakteristik dan elemen gaya serta factor pendorong dari masing- masing prilaku dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1.  KARAKTERISTIK PRILAKU AGRESIF, PASIF DAN ASERSIF
PRILAKU AGRESIF
PRILAKU PASIF
PRILAKU ASERSIF

1.    Rasa  percaya diri dan harga diri rendah

2.    Tidak respek terhadap orang lain

3.    Merasa superior

4.    Tidak berminat pada perasaan orang lain

5.    Merasa marah pada orang lain dan cepat menyalahkan

6.    Tidak mendengar atau tidak mengajukan pertanyaan pada orang lain

7.    Menolak umpan balik


1.    Rasa  percaya diri dan harga diri renda

2.    Tidak respek terhadap orang lain

3.    Rendah diri

4.    Merasa inferior

5.    Perasaan dan pikiran tentang diri negative

6.    Lebih suka orang lain mengontrol situasi

7.    Merasa bersalah terhadap orang lain

8.    Motivasi menurun

1.    Rasa percaya diri dan harga diri tinggi

2.    Respek terhadap diri sendiri dan orang lain

3.    Mengambil tanggung tanggung jawab untuk diri sendiri

4.    Tertarik pada pikiran dan perasaan orang lain

5.    Mengajukan pertanyaan

6.    Jujur dan langsung

7.    Mendengarkan orang lain

8.    Menanyai orang lain untuk mendapatkan umpan balik.


Dari gambaran diatas, seorang penilik hendaklah menghindari untuk bersikap agresif atau pasif. Sebab keduanya justru akan menjadikan sasaran penilik, tidak termotivasi untuk melakukan tugas- tugasnya dengan baik. Namun demikian , ada kalanya perilaku agresif dan pasif diperlukan dengan kondisi- kondisi tertentu.
Tabel 2. SITUASI TERBAIK UNTUK BERPRILAKU AGRESIF ATAU PASIF
PRILAKU PASIF
PRILAKU AGRESIF
Ø  Berhadapan dengan waktu yang terbatas

Ø  Perhatikan intensitas perasaan

Ø  Menimbang level emosi orang lain
Ø Berhadapan dengan orang yang menentang peraturan

Ø Berhadapan dengan kemarahan, kebencian

Ø Berhadapan dengan tuntutan yang irrasional


Tabel 3. FAKTOR YANG MENDORONG UNTUK BERPRILAKU PASIF, AGRESIF DAN ASERSIF
PASIF
AGRESIF
ASERSIF

1.    Takut terhadap akibat ( bila terus terang )

2.    Takut menghadapi situasi atau orang yang mengancam

3.    Menyamakan prilaku pasif dan kesopanan

4.    Memandang prilaku pasif sebagai ringan tangan

1.   Pilihan yang tepat untuk memperoleh keinginan

2.   Rasa percaya diri berlebihan sebenarnya untuk menutupi rasa rendah dirinya

3.   Membela diri bila situasi atau orang lain mengancam

4.   Tidak dapat berfikir rasional karena pengalaman masa lalu


1.    Memuaskan kebutuhan kedua belah pihak

2.    Keinginan bebas dari potensi konflik

3.    Terarah dalam bertindak

Tabel 4. ELEMEN GAYA AGRESIF, PASIF DAN ASERSIF
ELEMEN GAYA
AGRESIF
PASIF
ASERSIF
1.Isyarat Non Verbal
a.  Grak Isyarat
·  Menunjuk
·  Melempar Barang
·  Membanting Pintu
·  Meremas Tangan
·  Sering mengangguk
·  Menunduk
·  Gelisah, gugup, cemas


·      Meraih/ merangkul terbuka
b. Ekspresi Muka


·   Mengerut dahi
·   Memutar- mutar biji mata ketika jengkel

·  Kelihatan kosong

·      Berminat/attentif

c.  Kontak Mata
·  Membelalak- menatap spontan
·   Sedih- menatap lantai
·   Melayangkan Pandangan

·      Lansung Responsif
d. Postur
·   Mengepal tinju
·   Berkacak pinggang
·   Berjalan cepat
·   Kaku

·   Tidak tetap
·   Tidak Imbang


·      Releks- setara
e.  Nada Suara
·   Mencela Keras
·   Lemah- rendah, takut- taku, nada bertanya

·     Sedang volume tetap

f.  Kecepatan Bicara
·   Cepat- tepat – langsung
·   Cepat ketika cemas. Ragu- ragu ketika masih sangsi

· Moderat
2. Perilaku
· Merendahkan orang lain
· Ekspresif- emosional,
· Tidak pernah berfikir dirinya salah
· Menguasai- masuk wilayah orang lain
· Merasa serba tahu, tidak memandang dari sudut pandang orang lain

·  Berkeluh kesah/mengeluh
·  Takut mengambil resiko
·  Demam panggung
·  Minta maaf- meski tidak perlu
·  Bertekuk lutut atas keinginan orang lain

·  Akrab – konsisten
·  Berorientasi pada tindakan
·  Menekankan hal positif pada diri sendiri dan orang lain
·  Menjalankan pilihan
·  Diri sendiri punya hak, orang lain juga
3. Isyarat Verbal
·   Menyakiti dengan kata- kata
·  Kata- kata yang digunakan “ kamu seharusnya – kamu selalu- kamu bodoh- jangan bertanya, lakukan saja 

·   Kata- kata yang digunakan “ya.saya ingin- saya akan coba- seandainya
·   Saya menyesal, saya seharusnya, saya tidak pernah
· Kata- kata yang digunakan “ apa pilihan anda, mari kita bicarakan bersama, saya memilih untuk…”
4. Keyakinan
·  Saya tidak pernah salah
·  Perasaan saya lebih penting dari pada orang lain
·  Saya punya hak, orang lain tidak
·  Orang harus berprilaku sesuai pemikiran saya

·  Jangan ekspresikan perasaan, meski menyenangkan
·  Tidak bicara sampai diberi kesempatan
·  Jangan tidak sepakat
·  Orang lain punya hak, saya tidak
·  OK untuk belajar dari kesalahan
·  Kesalahn bukan akhir dari segala- galanya        koreksi
·  Menghargai diri sendiri  dan orang lain          sama

5. Karakteristik
·  Otoriter/Sewenang- wenang
·  Menuntut- langsung
Menyalahkan,eremehkan – selalu mencela
·  Mendominasi- menggertak
· Menyangsikan diri
· Sulit menerima umpan balik positif
· Menginginkan orang lain yang memutuskan
· Jarang mencaoai tujuab diri sendiri
·  Efektif pendengar aktif
·  Mengungkapkan diri
·  Mengatakan tidak untuk hal- hal yang tidak beralasan
·  Verbal-tidak verbal-kongruen
·  Memereksa perasaan orang lain

6. Pemecahan Masalah
·  Konfrontasi dengan menyakiti orang lain
·  Konsep menang kalah
·  Sulit menerima kesalahan
·  Menyerang- harus menang
·  beargumentasi
·      Menghindari konflik
·      Merasa tidak berdaya
·      Membiarkan orang lain mengambil keputusan
·      Menarik Diri
·      Setuju secara eksternal ( tidak secara Internal)
·      Tidak member pendapat
·  Menang – menang
·  Eksplorasi alternative
·  Negosiasi
Kompromi
Tidak membiarkan perasaan negative muncul
·  Berinisiatif menjernihkan kesalahpahaman

7. Perasaan
·  Marah
·  Tegang
·  Tidak Sabar
·  Frustasi
·   Tertekan
·   Terinjak- injak
·   Malu
·  Senang
·  Gembira
·  Sejahtera



8. Gaya Komunikasi
·  Monopoli/memotong pembicaraan
·  Bicara cepat
·  Melebel prilaku
·  Bukan pendengar yang baik
·   Tidak bicara keras/ragu- ragu
·   Setuju, hamper terhadap semua hal
·  Efektif pendengar aktif
·  Mengungkapkan diri
·  Mengatakan tidak untuk hal- hal yang tidak beralasan
·  Verbal- non verbal kongruen
·  Memeriksa perasaan orang lain
9. EFEK- EFEK
a.    Pada diri sendiri


·  Menciptakan musuh
·  Merasa bersalah karena tingkah laku sendiri
·    Problem fisik seperti sakit kepala
·    Sakit punggung
·   Meningkatkan percaya diri dan harga diri
·   Memiliki banyak energy
·   Merasa puas
b.    Pada Orang lain
·  Kurang respek
·  Mengembangkan ketakutan
·  Membohongi/menyembunyikan
·  Sulit menerima kesalahan
·  Balas dendam

·    Menjaga melindungi
·    Menyalahkan
·    Muak pada orang yang pasif
·    Membangun hubungan yang saling tergantung

·  Merasa termotivasi dan dipahami
·  Semangat kerja tinggi
·  Merasa didengar dan diakui

 Pada kenyataanya tidak semua orang dapat bersikap asersif sebagai sikap jalan tengah, beberapa penyebabnya antara lain :
·      Kurang latihan
·      Pendidikan awal dari orang tua
·      Tidak ada standar yang jelas, tidak yakin apa yang diinginkan
·      Takut dengan respon marah
·      Merasa tidak memiliki hak untuk bersikap tegas dan meminta penjelasan
Setiap individu berusaha untuk mempertahankan gambaran diri yang telah ada, perubahan itu tidak dapat serta merta menjadi dan sulit sekali. Jika hal itu positif memang tidak menjadi persoalan, namun jika hal itu menjurus pada hal yang negatif maka gambaran diri itu akan  membawa keburukan. Lakukan penyemaian jati diri dengan bentukan dan pengembangan pribadi sebagai bibit unggul yang benar- benar kuat dan mandiri. Dengan begitu pengalaman keseharian yang diperoleh oleh seseorang akan sangat berharga dalam memperbaiki citra diri.
Mewujudkan proses perubahan tidak mungkin berhasil tanpa adanya suri teladan yang melekat pada proses terbut, yang sebaiknya diawali dari diri sendiri . Bila kita tidak menginginkan muara dari segala masalah ini adalah krisis identitas atau jati diri, yang telah lama ada dan semakin menggerogoti pribadi kita, bangsa kita, ketangguhan dan keuletan bangsa Indonesia pun menghadapi cobaan berat, tentu dibutuhkan pribadi- pribadi yang ulet dan tangguh, sehingga terbentuk Penilik  profesional.

Referensi :
Soemarno Soedarsono, 2006, The Willlingness to Change- Hasrat Untuk Berubah , Jakarta: Gramedia
2006, Model- Model Pelatihan Bagi Pengawas Sekolah, Departemen Agama RI.
Komentar Anda ...